Sejarah Masuknya Agama Islam di Indonesia
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. kali ini saya akan menceritakan sejarah masuknya Agama Islam di Indonesia. Agama Islam adalah agama dengan penganut terbesar di Indonesia sekaligus Indonesia adalah negara dengan populasi penduduk Islam terbesar didunia. Agama Islam masuk ke Indonesia kira-kira pada abad ke-12 sampai 16. Banyak teori yang menyimpulkan tentang masuknya ajaran Islam di Indonesia
Masjid adalah tempat ibadah Muslim yang dapat dijumpai diberbagai tempat di Indonesia. Menurut data Lembaga Ta'mir Masjid Indonesia, saat ini terdapat 125 ribu masjid yang dikelola oleh lembaga tersebut, sedangkan jumlah secara keseluruhan berdasarkan data Departemen Agama
tahun 2004, jumlah masjid di Indonesia sebanyak 643.834 buah, jumlah
ini meningkat dari data tahun 1977 yang sebanyak 392.044 buah.
Diperkirakan, jumlah masjid dan mushala di Indonesia saat ini antara
600-800 ribu buah.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. kali ini saya akan menceritakan sejarah masuknya Agama Islam di Indonesia. Agama Islam adalah agama dengan penganut terbesar di Indonesia sekaligus Indonesia adalah negara dengan populasi penduduk Islam terbesar didunia. Agama Islam masuk ke Indonesia kira-kira pada abad ke-12 sampai 16. Banyak teori yang menyimpulkan tentang masuknya ajaran Islam di Indonesia
Penyebaran Islam (1200 - 1600)
Berbagai teori perihal masuknya Islam ke Indonesia terus muncul
sampai saat ini. Fokus diskusi mengenai kedatangan Islam di Indonesia
sejauh ini berkisar pada tiga tema utama, yakni tempat asal
kedatangannya, para pembawanya, dan waktu kedatangannya. Mengenai tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh Indonesia, di kalangan para sejarawan terdapat beberapa pendapat. Ahmad Mansur Suryanegara mengikhtisarkannya menjadi tiga teori besar. Pertama, teori Gujarat, India. Islam dipercayai datang dari wilayah Gujarat – India melalui peran para pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13 M. Kedua, teori Makkah. Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui jasa para pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M. Ketiga, teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke-13 M. Melalui Kesultanan Tidore yang juga menguasai Tanah Papua, sejak abad ke-17, jangkauan terjauh penyebaran Islam sudah mencapai Semenanjung Onin di Kabupaten Fakfak, Papua Barat.
Kalau Ahli Sejarah Barat beranggapan bahwa Islam masuk di Indonesia mulai abad 13 adalah tidak benar, HAMKA berpendapat bahwa pada tahun 625 M sebuah naskah Tiongkok mengkabarkan bahwa menemukan kelompok bangsa Arab yang telah bermukim di pantai Barat Sumatera (Barus) . Pada saat nanti wilayah Barus ini akan masuk ke wilayah kerajaan Srivijaya.
Pada tahun 674 M semasa pemerintahan Khilafah Islam Utsman bin Affan, memerintahkan mengirimkan utusannya (Muawiyah bin Abu Sufyan) ke tanah Jawa yaitu ke Jepara (pada saat itu namanya Kalingga). Hasil kunjungan duta Islam ini adalah raja Jay Sima, putra Ratu Sima dari Kalingga, masuk Islam.
Pada tahun 718M raja Srivijaya Sri Indravarman setelah kerusuhan Kanton juga masuk Islam pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz (Dinasti Umayyah).
Masa kolonial
Pada abad ke-17 masehi atau tahun 1601 kerajaan Hindia Belanda datang ke Nusantara
untuk berdagang, namun pada perkembangan selanjutnya mereka menjajah
daerah ini. Belanda datang ke Indonesia dengan kamar dagangnya, VOC, sejak itu hampir seluruh wilayah Nusantara dikuasainya kecuali Aceh.
Saat itu antara kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara belum sempat
membentuk aliansi atau kerja sama. Hal ini yang menyebabkan proses
penyebaran dakwah terpotong.
Dengan sumuliayatul (kesempurnaan) Islam
yang tidak ada pemisahan antara aspek-aspek kehidupan tertentu dengan
yang lainnya, ini telah diterapkan oleh para ulama saat itu. Ketika
penjajahan datang, para ulama mengubah pesantren menjadi markas
perjuangan, para santri (peserta didik pesantren) menjadi jundullah
(pasukan Allah) yang siap melawan penjajah, sedangkan ulamanya menjadi
panglima perang. Potensi-potensi tumbuh dan berkembang di abad ke-13
menjadi kekuatan perlawanan terhadap penjajah. Ini dapat dibuktikan
dengan adanya hikayat-hikayat pada masa kerajaan Islam yang
syair-syairnya berisi seruan perjuangan. Para ulama menggelorakan jihad
melawan penjajah Belanda. Belanda mengalami kewalahan yang akhirnya menggunakan strategi-strategi:
- Politik devide et impera, yang pada kenyataannya memecah-belah atau mengadu domba antara kekuatan ulama dengan adat, contohnya perang Padri di Sumatera Barat dan perang Diponegoro di Jawa.
- Mendatangkan Prof. Dr. Snouk Cristian Hourgonye alias Abdul Gafar, seorang Guru Besar ke-Indonesiaan di Universitas Hindia Belanda, yang juga seorang orientalis yang pernah mempelajari Islam di Mekkah. Dia berpendapat agar pemerintahan Belanda membiarkan umat Islam hanya melakukan ibadah mahdhoh (khusus) dan dilarang berbicara atau sampai melakukan politik praktis. Gagasan tersebut dijalani oleh pemerintahan Belanda dan salah satunya adalah pembatasan terhadap kaum muslimin yang akan melakukan ibadah Haji, karena pada saat itulah terjadi pematangan pejuangan terhadap penjajahan.
Di akhir abad ke-19, muncul ideologi pembaruan Islam yang diserukan oleh Jamal-al-Din Afghani dan Muhammad Abduh. Ulama-ulama Minangkabau yang belajar di Kairo, Mesir banyak berperan dalam menyebarkan ide-ide tersebut, di antara mereka ialah Muhammad Djamil Djambek dan Abdul Karim Amrullah. Pembaruan Islam yang tumbuh begitu pesat didukung dengan berdirinya sekolah-sekolah pembaruan seperti Adabiah (1909), Diniyah Putri (1911), dan Sumatera Thawalib (1915). Pada tahun 1906, Tahir bin Jalaluddin menerbitkan koran pembaruan al-Iman di Singapura dan lima tahun kemudian, di Padang terbit koran dwi-mingguan al-Munir.
Arsitektur
Islam sangat banyak berpengaruh terhadap arsitektur bangunan di Indonesia. Rumah Betawi
salah satunya, adalah bentuk arsitektur bangunan yang banyak
dipengaruhi oleh corak Islam. Pada salah satu forum tanya jawab di situs
Era Muslim, disebutkan bahwa Rumah Betawi yang memiliki teras lebar, dan ada bale-bale untuk tempat berkumpul, adalah salah satu ciri arsitektur peradaban Islam di Indonesia.
Masjid
Sanggahan Teori Islam Masuk Indonesia abad 13 melalui Pedagang Gujarat
Teori Islam Masuk Indonesia abad 13 melalui pedagang Gujarat, menurut
pendapat sebagian besar orang, adalah tidaklah benar. Apabila benar
maka tentunya Islam yang akan berkembang kebanyakan di Indonesia adalah
aliran Syi'ah karena Gujarat pada masa itu beraliran Syiah, akan tetapi kenyataan Islam di Indonesia didominasi Mazhab Syafi'i.
Sanggahan lain adalah bukti telah munculnya Islam pada masa awal dengan bukti Tarikh Nisan Fatimah binti Maimun (1082M) di Gresik.
Makasih ya gan , blog ini sangat bermanfaat sekali .............
BalasHapusbisnistiket.co.id